Dorongan kuat untuk bisa menyenangkan semua orang, umumnya datang dari rasa tidak aman, takut ditolak, dan rendah diri. Kebutuhan untuk membuat orang lain bahagia juga bisa berasal dari kurangnya menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri. Mereka kerap disebut sebagai people pleaser.
Dikutip dari Hindustan Times, Penasihat Psikologi dan terapis berbasis Seni – Suruchi Shah mengatakan, seorang people pleaser bisa berubah perfeksionis dan menginginkan segala sesuatu berjalan lancar, termasuk cara mereka dipersepsikan orang lain.
Menyenangkan orang juga bisa berasal dari keyakinan yang lebih dalam, yang diadopsi selama masa kanak-kanak. Seorang people pleaser ingin membuat orang lain bahagia agar pantas mendapatkan cinta mereka. Dan jika mereka berhenti menyenangkan orang, mereka akan merasa takut ditinggalkan atau tidak diperhatikan.
“Seorang people pleaser mungkin tidak selalu membutuhkan orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mereka, tetapi mereka mungkin membutuhkanmu untuk membutuhkannya,” kata Shah.
Namun ternyata, sikap selalu ingin menyenangkan orang lain juga dapat membawa banyak konsekuensi jangka panjang. Suruchi Shah mencatat setidaknya ada tiga konsekuensi yang berisiko dihadapi orang ketika mereka mencoba untuk selalu menyenangkan semua orang di sekitarnya.
1. Kehilangan Diri Sendiri
Ketika seseorang terlalu fokus pada kebahagiaan orang lain, mereka berisiko kehilangan fokus pada tujuan, ambisi, dan visi tentang bagaimana melihat diri sendiri. Hal ini semakin menciptakan perasaan terjebak atau tidak menjalani hidup secara otentik.
2. Ketergantungan
Cara kita merasakan diri sendiri dipengaruhi oleh bagaimana perasaan orang lain tentang kita. Karenanya harga diri kita bisa bergantung pada orang lain. Itu menjadi rumit karena seorang people pleaser selalu merasa ingin melakukan apa yang menurut orang lain benar. Ini menciptakan rasa terputus dengan diri sendiri.
3. Kebencian
Tekanan untuk membuat orang lain bahagia dapat membuat seseorang merasa terkuras secara mental dan emosional. Mencoba mengelola semuanya dan terus-menerus merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain dapat menimbulkan banyak tekanan dan stres.
“Jika Anda tidak dapat memenuhi harapan orang lain, maka rasa bersalah yang ditambahkan menempatkan Anda dalam lingkaran setan karena tidak cukup baik sehingga Anda membenci diri sendiri atau orang lain,” kata Suruchi Shah.
Lebih lanjut dia menambahkan, “Jangan melakukan sesuatu hanya karena Anda takut ditolak atau ingin persetujuan orang lain. Saat Anda berusaha mengubah sifat ini, harap ingat bahwa kebiasaan baru membutuhkan waktu untuk berkembang,” tutupnya.