Gempa bumi 7,4 skala Richter di Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) silam menjadi sorotan dunia. Gempa yang diikuti gelombang tsunami itu menyisakan duka bagi banyak manusia. Berita tersebut tersebar ke seluruh dunia, termasuk Jepang.
Di tempat kerja saya, beberapa teman menanyakan tentang keluarga dan keadaan gempa di Indonesia. Alhamdulillah, saya katakan keluarga saya aman.
Waspada siap-siaga sebelum terjadi bencana
Selama 6 bulan di Jepang, saya mengalami beberapa bencana alam besar seperti gelombang panas, gempa, dan badai. Sekali lagi ingin saya katakan, Alhamdulillah saya selamat. Ada beberapa hal yang saya salut dari Jepang tentang antisipasi bencana yang dilakukan.
1. Rambu-rambu bencana
Saya kurang paham apakah semua Jepang memiliki banyak rambu bencana atau di tempat tinggal saya saja. Tapi jika ingin dibandingkan dengan di Indonesia dan saya ambil contoh Pangandaran, saya merasa jumlah rambu dan kejelasan informasi rambunya masih bagus di Jepang. Di tempat tinggal saya, hampir setiap sudut jalan ada rambu kemana kita harus berlari seandainya terjadi tsunami (karena tempat tinggal saya di pantai). Rambu tersebut disertai berapa jarak tempuh, arah, dan ketinggian lokasi kita
2. Desain rumah
Ini yang paling menarik. Jepang negara maju. Tapi kalau main ke Jepang, jarang sekali rumah pribadi yang dibangun dengan beton dan bertingkat di atas dua tingkat. Umumnya rumah di Jepang terbuat dari kayu. Alasannya karena masyarakatnya sadar bahwa gempa sering terjadi. Nah ini yang jarang ditemui di Indonesia yang sama-sama berada di ‘Cincin Api Pasifik’.
3. Pemberitahuan dari instansi setempat
Ini mungkin kaya spiker besar yang dipasang di penjuru kota. Nah ini fungsinya untuk pemberitahuan kalau ada bencana yang dapat diprediksi seperti temperatur tinggi atau badai yang mengarah ke daerah kita. Ini sangat membantu. Di Indonesia mungkin ada masjid yang biasa lakukan ini, tapi saya rasa di Jepang lebih menggelegar suaranya dan terdengar di sudut kota sebelah manapun.
4. Pendidikan (siaga) bencana
Anak sd di Jepang pinter-pinter kalau tentang antisipasi bencana, ini juga yang membuat orang-orang Jepang jarang panik kalau ada bencana. Anak TK di Jepang juga sudah tahu kalau gempa ya lari ke bawah meja. Beberapa kali saya alami kejadian gempa di Jepang, saya tidak pernah melihat mereka heboh.
Segera mengondisikan diri setelah terjadi bencana
Setiap orang akan mendapatkan notifikasi sms bencana dari provider-nya dan dapat melakukan konfirmasi status keadaan kita untuk dikirimkan ke keluarga kita. Ini layanan gratis dari provider. Pemeritahuan gempa ini terjadi jika berada di kisaran 6 SR. Konfirmasinya bisa “saya butuh bantuan”, “saya aman”, atau “saya di tempat evakuasi”.
1. Hormati privasi korban dan keluarganya
Kalau lihat bencana gempa di Osaka bulan yang lalu, proses evakuasi benar-benar dijaga ketat, bahkan media pun tidak diizinkan masuk ke area evakuasi. Mayat yang dibawa pun ditutup dengan terpal besar setinggi manusia yang membarikade proses pengangkutan. Mungkin tujuannya menjaga privasi dan menghormati para korban agar tidak menimbulkan trauma.
2. Bersikap dewasa, utamakan kepentingan bersama
Baru kemarin banget saya mengalami badai. Keesokan harinya sebagian kota mengalami padam listrik. Lampu merah padam. Saya melihat kedewasaan dari para pengendara, mereka antri dalam melewati perempatan yang sedaang tidak ada polisi. Saya benar-benar salaut dengan kedewasaan para pengendara.
3. Safety first
Saat terjadi badai, pabrik tempat saya bekerja berhenti beroperasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Tempat saya mengutamakan safety first sekalipun orderan menumpuk.
Di Jepang, manajemen bencana terintegrasi mulai dari lini pemerintahan sampai rumah tangga. Setiap orang diwajibkan paham terhadap apa yang harus ia lakukan sebagai bagian masyarakat setempat demi keselamatan terhadap bencana.
Beberapa hal di atas sebagian besar tidak aneh bagi kita orang Indonesia. Tapi saya yakin secara keseluruhan masih jarang diimplementasikan di Indonesia. Saya harap kita selalu siaga terhadap bencana yang akan dating tiba-tiba. Di Jepang hampir seluruh poin di atas menjadi fokus setiap orang.
Turut berduka atas seluruh korban yang terjadi di Sulawesi, semoga diberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.