Wisata desa makin meggeliat dan banyak komunitas atau masyarakat desa mulai mencari cara mengembangkan desa wisata. Wisata desa mulai dipercaya untuk pemicu meningkatnya kemakmuran masyarakat desa.
Desa wisata desa berkelanjutan adalah desa yang telah mengembangkan potensi pariwisata di wilayahnya hinga berhasil mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, UMKM, menciptakan lapangan kerja, dan pelestarian lingkungan.
Pengembangan desa wisata perlu konsep yang berkelanjutan. Penerapannya kita libatkan pentahelix pariwisata di mana desa sebagai stakeholer sentral.
Sebelum terlalu jauh kita bahas tentang desa wisata berkelanjutan, kita harus samakan dulu persepsi kita tentang desa wisata. Setelah itu kita bahas tentang wisata desa berekanjutan.
Apa itu desa wisata?
Ini dulu yang harus diluruskan. Desa wisata bukan sekadar mendatangkan banyak orang ke desa kita. Lalu orang-orang itu bergaya turis, datang hanya foto-foto, lalu meremehkan kita warga desa.
Pun bukan sebalikya. Kita warga desa mengundang orang untuk sekadar foto-foto selfie, ngopi-ngopi, atau malah ditawarkan rayuan gadis-gadis desa.
Tentu bukan hanya begitu yang dimaksud dengan desa wisata.
Pengertian desa wisata menurut pemerintah
Pemerintah menguraikan pengertian desa wisata dalam Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor : KM.18/HM.001/MKP/2011.
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Definisi sederhana tentang desa wisata
Sederhananya, wisata desa merupakan sekumpulan program kegiatan mengajak wisatawan untuk berkunjung ke desa, melihat, dan mempelajari keaslian desa sesuai dengan keunikan dan potensi desa yang dimilikinya.
Kegiatan desa wisata maksudnya adalah kepariwisataan yang menawarkan keseluruhan suasana yang menonjolkan keaslian desa seperti pemandangan alam desa yang indah, kuliner, cendera mata, homestay, dan sebagainya.
Jika pengertian ini kita pahami, barulah kita urai cara mengembangkan desa wisata yang berkelanjutan.
Menggali potensi wisata desa
Cara mengembangkan desa wisata yang paling awal adalah menemukan potensi pariwisatanya. Setiap desa memiliki potensi dan keunikannya masing-masing. Sebelum mengembangkan, masyarakat desa harus melakukan identifikasi potensi wisata di pedesaan ini. Sekali lagi dasarnya adalah potensi yang ada di desa.
Kita tidak harus terburu-buru menjadikan desa sebagai kota baru. Jangan sampai, nanti desa kita menjadi keramaian kota yang dipindahkan. Misalnya, di desa kita malah membangun water boom, atau arena game online.
Suasana baru wisata pedesaan
Para wisatawan datang ke suatu desa untuk mencari suasana baru yang berbeda dengan daerah asalnya. Kalau mereka hendak tinggal beberapa lama, maka kita perlu menyediakan tempat tinggal atau penginapannya.
Keaslian desa yang harus ditonjolkan sebagai tawaran suasana baru. Pemandangan alam indah bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Kuliner desa bisa kita sajikan dengan unik namun tetap bersih dan higienis. Begitulah cara mengembangkan desa wisata yang seharusnya.
Cendera mata dan oleh-oleh dari desa
Orang-orang datang ke desa kita, biasanya ingin pulang ke daerah asalnya dengan membawa kenang-kenangan berupa cendera mata sebagi oleh-olehnya.
Sekadar punya air terjun atau gua, terus banyak orang yang berkunjung tidak cukup bagi suatu desa untuk disebut desa wisata. Jika itu yang terjadi, maka pengunjung hanya akan dipalakin uang parkir liar oleh para preman kampung.
Padahal, keramahan warga desa merupakan potensi paling penting yang harus dikembangkan oleh penggiat desa wisata. Menampilkan keramahan sebagai tuan rumah adalah yang paling penting sebagai cara mengembangkan desa wisata.
Ramai-ramai desa wisata spot selfie
Desa wisata saat ini makin tren. Kemunculan beragam desa wisata dengan potensi masing-masing yang dimiliki, menjadi warna baru dalam dunia pariwisata.
Sebagian besar pengelola bahkan berlomba-lomba membuat spot-spot selfie. Para pengunjung yang datang pun sebagian besar hanya datang untuk selfie. Lalu mereka mengunggah hasil jepretannya ke media sosial.

Apakah keberadaan spot selfie di suatu desa ini sudah serta-merta bisa disebut sebagai pengembangan desa wisata?
Satu objek atau pemandangan menarik di desa yang dikelola dan dikunjungi wisatawan tidak serta-merta disebut sebagai desa wisata. Desa yang hanya menyuguhkan objek spot foto tidak dapat berstatus desa wisata, meskipun desa telah mengelolanya dan banyak mendapatkan kunjungan wisatawan. Begitulah kata Chusmeru, pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Desa wisata perlu konsep yang berkelanjutan
Cara mengembangkan desa wisata adalah dengan membuat konsep pariwisata berkelanjutan. Pengembangan desa wisata harus berdasarkan konsep pengembangan kepariwisataan yang jelas. Desa wisata harus memiliki potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, seperti atraksi, akomodasi, kuliner, cendera mata, dan kebutuhan wisata lainnya.
Keaslian pedesaan menjadi ciri khas dalam konsep desa wisata. Keaslian bisa dalam bentuk kehidupan ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, arsitektur dan segala potensi wisata khas desa.
Agar menjadi potensi kesejahteraan masyarakat, pengelola desa wisata harus menyusun konsep wisata desa dengan konsep pariwisata yang berkelanjutan.
Syarat-syarat desa wisata
Bermunculan desa meluncurkan desa wisata. Tentu saja, ini merupakan kemajuan positif bagi dunia pariwisata. Karena bertambah jumlah destinasi yang dapat menjadi pilihan.
Sisi lainnya, masyarakat juga menyambut baik keberadaan desa wisata, terutama masyarakat sekitar lokasi. Cara mengembangkan desa wisata yang berkelanjutan agak pasti yaitu dengan memenuhi persyaratan desa wisata.
Ada sejumlah syarat situasi yang membuat suatu desa layak orang untuk berwisata. Lalu, apa saja persyaratan umum yang harus ada agar sebuah desa untuk melaju menjadi desa wisata, berikut ini beberapa persyaratan yang harus ada agar desa menuju desa wisata:
Syarat #1, Keberadaan obyek wisata
Adanya obyek wisata yang menarik seperti alam pemandangan alam yang indah, tempat yang eksotik, seni budaya yang unik atau budaya masyarakat yang sangat langka. Obyek wisata baru bisa digagas dengan memperhatikan potensi keaslian desa.
Wisata pendidikan misalnya, pesantren atau sekolah bisa menjadi obyek wisata pendidikan. Atau membuat sekolah berasrama atau pesantren baru yang sengaja dirancang untuk menjadi pusat promosi desa wisata.
Siapa pengunjungnya? Pengunjungnya, mereka para orang tua dan keluarganya. Juga, siswa-siswi dari sekolah lain yang hadir untuk studi banding.
Tentu harus ada nilai jualnya sehingga sekolah baru ini layak dikunjungi.
Syarat #2, Jalur transportasi memadai
Desa wisata harus didukung jalur transportasi yang mudah dicapai setiap orang menuju ke desa dan obyek itu. Hal ini bukan hanya tersedianya jalan beraspal atau hotmik, tapi juga menyangkut kebijakan pemerintah terhadap penggunaan jalan, tegasnya, kendaraan apa saja yang boleh lewat di jalur itu.
Sering kali terjadi, jalur akses di desa malah dilewati mobil-mobil truk besar. Selain mengakibatkan jalan rusak, suasana jalan menjadi macet dan berpolusi.
Syarat #3, Dukungan masyarakat desa
Masyarakat desa harus mendukung kegiatan wisata desa dan tercermin pada sikap mereka ketika menyambut wisawatan yang datang ke desanya.
Masyarakat desa harus mendapatkan pemahaman dengan berbagai kompromi sosial. Jangan sampai terjadi konflik antara pengelola keramaian destinasi wisata dan wisatawan yang berkunjung dengan warga desa setempat.
Syarat #4, Faktor keamanan desa
Keamanan dan kenyamanan wisatawan jelas syarat mutlak. Jangan sampai ada rasa terancam atau khawatir soal keamanan ini.
Tidak sedikit desa-desa yang telah berlabel desa wisata dan dikunjungi banyak orang, malah berkembang menjadi wilayah preman baru, pengkolan ‘polisi cepek’, dan pemalakan parkir liar.
Syarat #5, Tersedia sarana layanan komunikasi
Tersedia sarana komunikasi termasuk tempat-tempat penjualan pulsa atau layanan komunikasi lainnya. Maka menyediakan sarana komunikasi yang cukup termasuk cara mengembangkan desa wisata yang berkelanjutan.
Operator penyedia layanan komunikasi seluler harus menjangkau ke wilayah desa pariwisata. Masyarakat juga bisa menyediakan layanan wifi berbayar atau gratis dengan syarat tertentu.
Syarat #6, Desa nyaman, bersih, dan sehat
Kondisi desa yang nyaman, bersih, dan sehat untuk wisawatan betah tinggal berlama-lama di desa.
Kenyamanan tidak harus mewah. Kondisi sederhana yang disertai keramahan masyarakat desa lebih membuat nyaman dari pada kemewahan yang serba bayar dan sulit.
Bersih ini syarat mutlak. Pengelolaan sampah harus berjalan dengan baik. Jangan sampai desa wisata menjadi tempat sampah baru yang malah membuat desa menjadi tidak sehat.
Syarat #7, Tersedia penginapan yang layak
Adanya penginapan sebagai tempat tinggal bagi wisatawan yang lengkap dengan kamar mandi dan toilet yang bersih dan tentu saja tidak berbau.
Penginapan tidak harus berupa hotel mewah. Rumah warga desa dengan layanan penginapan lebih potensial menjadi pendukung pengembangan desa wisata.
Ketika ketujuh persyaratan ini mencukupi, mari kita promosikan desa wisata kita melalui kanal-kanal pemasaran. Awali dengan mengundang teman-teman kita datang ke desa wisata. Mereka akan menjadi duta pemasaran desa wisata yang sedang kita kembangkan.
Selanjutnya kita bisa gunakan kanal-kanal pemasaran digital berupa wesbite dan media sosial.
Dari sisi ekonomi pun akan berdampak kepada masyarakat. Karena wisatawan tentu membelanjakan uangnya di sekitar lokasi obyek wisata yang kemudian perputaran uang sangat tinggi.
Syarat penting lebih lanjut, desa wisata bisa mengembangkan alat sistem pembayaran yang berlaku. Misalnya, pengelola wisata desa bisa melibatkan perbankan untuk cashless payment system dan menyiapkan masyarakat sekitar beradaptasi dengan lingkungan itu.
Pentahelix pengembangan desa wisata
Ketika 7 (tujuh) syarat desa wiasta itu sudah ada rumusannya, maka kita perlu melibatkan berbagai pihak untuk mewujudkannya.
Apa itu pentahelix pariwisata?
Maksud Pentahelix menurut Arif Yahya adalah kolaborasi 5 (Lima Unsur) unsur subjek atau stakeholder pariwisata, yaitu: Academician (Akademisi), Business (Bisnis), Community (Komunitas), Government (Pemerintah) dan Media (Publikasi Media).

Pak Arif Yahya sangat ahli di bidang ini. Ia bukan hanya berteori saat menyelesaikan disertasinya di Unpad Bandung. Ia telah menerapkannya waktu menjabat Direktur Utama di PT Telkom Indonesia. Ia juga telah menerapkan model pentahelix pariwisata, sehingga kita menikmati berkibarnya brand Pesona Indonesia di dalam negeri dan mancanegara.
Peran kalangan akademisi
Akademisi bisa berfokus pada tiga peranan kampusnya, Tri Darma Perguruan Tinggi. Yaitu: pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dosen dan mahasiswa bagian dari pentahelix pariwisata. Mereka dapat mengajar para penggiat pariwisata melalui media dan kanal pembelajaran yang mudah. Kegiatan ini bisa menjadi program pengabdian masyarakat sekaligus penelitian yang terintegrasi secara berkelanjutan.
Inilah proyek panjang yang penting dan menjadi potensi ekonomi baik bagi dosen, mahasiswa, dan masyarakat desa pelaku program desa wisata.
Peluang bisnis bagi swasta
Desa wisata itu melibatkan serangkaian bisnis. Pihak pengusaha swasta adalah pentahelix pariwisata yang harus berperan dalam merintis dan mengembangkan desa wisata.
Pengusaha bisa membuat bisnis pengelolaan destinasi wisata utama di suatu desa. Pengelola Bumdes juga bisa terlibat mengembangkan tempat-tempat transit kendaraan sebelum masuk lokasi destinasi wisata.
Pengusaha perorangan bisa menjadi pengelola kegiatan wisata dengan paket-paket perjalanan wisata. Termasuk, mereka berinvestasi membangun kamar-kamar penginapan untuk wisatawan yang lengkap dengan toko cendera mata dan oleh-oleh.
Salah satu cara mengembangkan desa wisata berkelanjutan melibatkan usah-usaha mikro kecil dan menengah sehingga dapat meraih tambahan mata pencahariannya.
Kelompok sadar wisata desa
Kelompok Sadar Wisata kita kenal dengan sebutan Pokdarwis. Itu adalah komunitas masyarakat yang secara sukarela berkomitmen dalam pengembangan kepariwisataan. Pokdarwis desa merupakan pentahelix pariwisata, beranggotakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi daya tarik wisata desa dan memiliki kepedulian terhadap pariwisata di desa itu.
Pokdawis desa harus menjadi tuan rumah yang baik. Kelompok ini harus mampu meredam munculnya preman-preman baru di desanya.
Kelompok ini harus terus berperan mendidik masyarakat desa agar mampu tersenyum ramah menyambut wisatawan dan menggali potensi ekonomi. Sehingga anggota kelompok sadar wisata desa ini memiliki mata pencaharian di bidang pariwisata baik langsung maupun tidak langsung.
Pemeran utamannya pemerintah desa
Pemerintah desa dalam pengembangan desa wisata memengang peranan sentral. Pemdes menetukan kebijakan dalam pembentukan Badan Pariwisata Desa (Bapardes). Badan ini yang menjadi motor dalam menggerakkan program desa wisata.
Bapardes itu wadah sekaligus menjadi penggerak dalam memfasilitasi pariwisata di desa. Pemerintah desa melalui Bapardes berperan dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat dalam upaya peningkatan potensi pariwisata di desa.
Pemerintah desa sebagai bagian dari pentahelix pariwisata harus melakukan pengembangan partisipasi masyarakat desa dengan mendorong warga masyarakat yang ingin menjadi pelaku wisata seperti menjadi pemilik dan pengelola homestay.
Pemdes perlu mendorong masyarakat mengikuti berbagai kegiatan penyediaan wisata dengan catatan telah melakukan koordinasi dengan Bapardes.
Publikasi desa wisata di media
Pengelola media juga merupakan bagian penting dari pentahelix pariwisata. Desa wisata dengan serangkaian program kegiatannya harus terpublikasi baik di media.
Sekarang, siapa pun bisa mempublikasikan wisata desa, minimal di media sosial.
Pengelola program wisata desa tetap saja harus mengendalikan informasi baik tentang wisata desanya.
Maka Bapardes perlu membuat suatu kanal resmi yang memuat informasi resmi. Sehingga, ketika bergulir kabar liar di luaran, maka kanal informasi resmi menjadi rujukan utama yang mengkonfirmasi.
Desa wisata juga memerlukan publikasi dengan standar publikasi permasaran yang baik dengan melibatkan media broadcast.
Cara mengembangkan desa wisata
Mari kita aplikasikan pengertian desa wisata secara sederhana. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Pengertian sederhana ini akan memudahkan dalam menerapkan cara mengembangkan desa wisata yang kita maksudkan. Tentu saja, kita harus mulai menyusun konsep pengembangan desa wisata.
Selanjutnya pemerintah desa membentuk Badan Pariwisata Desa (Bapardes) dan menugaskannya untuk mulai mewujudkan desa wisata sesuai potensi kearifan lokal desa.
Tentukan obyek atau destinasi wisata
Ada air terjun, gua, atau makam syaikh terkenal. Itu bisa menjadi modal awal perintisan wisata desa. Tapi itu tidak serta merta menjadi obyek wisata. Orang berkunjung datang ke makam untuk berziarah tidak serta-merta mendapatkan layanan sebagai wisatawan.
Air terjun dan gua juga dapat menjadi modal awal yang bagus untuk pengembangan wisata desa. Tapi tanpa toilet dan penataan parkir, destinasi itu hanya akan menjadi wahana liar dan tidak teratur, bahkan berpotensi konflik dengan warga sekitar.
Maka pemerintah desa dengan bantuan aparat keamanan dan dukungan warga masyarakat desa bisa menentukan obyek alam yang bisa menjadi destinasi wisata.
Merekayasa jalan, jalur transportasi wisata
Jalur transportasi tidak selalu jalan besar beraspal atau beton. Jalan setapak pun bisa menjadi jalan. Tapi memang masih kurang. Pasar pariwisatanya tentu bukan orang-orang yang membawa mobil. Itulah perlunya rekayasa jalan.
Jika ada obyek wisata yang jauh dari jalan besar, pengelola bisa menerapkannya jogging track atau ojek wisata. Pengelola sarana wisata dapat melibatkan pengunjung berjalan kaki, atau menggunakan kuda sebagai alternatif.
Sebelum dibangun dan dikembangkan, pemerintah desa dengan dukungan unsur pemerintah di atasnya dapat melakukan kajian untuk merekayasa jalan jalur trasnportasi wisata desa.
Maksudnya bukan hanya jalan menuju desa, tapi juga jalan interkoneksi antar destinasi. Pikirkan juga alat transportasi apa saja yang mungkin dikembangkan ke depannya.
Membentuk komunitas penggiat wisata desa
Pemerintah desa tidak bisa bekerja secara ekskluif. Kepala desa harus melibatkan masyarakat, meski tidak harus semuanya. Awali pembangunan dan pengembangan desa wisata dengan membuat simpul-simpul komunitas di desa yang misinya mewujudkan desa wisata.
Cara mengembangkan desa wisata berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat perlu kerjea ekstra. Di desa ada para petani, ada peternak, anggota pramuka, karang taruna, dan pengusaha kecil. Mereka berdasarkan hobi dan profesinya bisa berafiliasi dengan label masing-masing.
Bantu mereka untuk berkelompok sesuai kepentingan dan motif ekonomi hidupnya. Dalam kelompok-kelompok itu, minta satu atau dua perwakilan membuat Kelompok Sadar Wisata untuk berkordinasi dalam Badan Pariwisata Desa (Bapardes) tanpa meninggalkan profesi dan mata pencahariannya.
Pemerintah desa bisa meminta anggota pramuka agar mendirikan Satuan Karya Pramuka (Saka) Pariwisata. Saka Pariwisata ini merupakan kelompok pembinaan vokasi bidang pariwisata yang jaringannya ada di seluruh Indonesia. Mereka menngerti penerapan cara mengembangkan desa wisata berkelanjutan dengan berbagai cara mengembangkan desa wisata berkelanjutan.
Kelompok sadar wisata harus terus didukung, diberi pendidikan tambahan berupa training atau pelatihan tentang desa wisata Sehingga mereka memahami konsep desa wisata yang akan dikembangkan dan menjadi agen untuk menjelaskan desa wisata kepada warga lainnya.
Mengkaji aspek risiko keamanan desa wisata
Desa wisata itu mengundang orang luar untuk datang ke desa kita. Akibatnya ada sirkulasi gerak manusia, keluar dan masuk. Tentu ada risiko dalam dinamika keluar-masuknya orang di suatu tempat.
Aspek risiko keamanan harus menjadi perhatian. Ada pihak tokoh-tokoh masyarakat akan terlibat dalam risiko ini. Kepolisian sebagai otoritas keamanan negeri ini juga harus menjadi mitra dalam pengamanan desa wisata.
Sektor informal ada kalangan preman desa yang juga tidak lepas dari perhatian. Mereka juga bagian penting dari masyarakat desa.
Preman-preman mungkin saja berafiliasi dengan ormas-ormas tertentu, atau menganggap tokoh tertetu sebagai guru dalam kehidupannya. Ini harus menjadi kajian mendalam untuk memetakan aspek risiko keamanan.
Sebagai preman, mereka bisa menjadi tenaga lepas kegiatan wisata desa. Mereka juga manusia yang bisa ramah, sopan, dan santun dalam menyambut siapa pun yang datang. Keluasan pergaulannya juga menjadi modal dalam mengelola aspek risiko keamanan desa wisata.
Preman bisa menjadi mitra dalam kegiatan diplomasi, jika suatu waktu terjadi konflik antara pengunjung dengan pengelola destinasi wisata.
Tapi jika preman itu menjadi tokoh yang memicu konflik premanisme dan perilaku anarkis, tentu hukum yang terkait dengan tindakan kekerasan dan perbuatan premanisme tetap berlaku.
Merancang sarana komunikasi umum
Sarana komunikasi dan infrastruktur komunikasi perlu tersusun sedemikian rupa sehingga pengunjung dan masyarakat desa merasakan kemudahan dalam berkomunikasi.
Sekarang internet menjadi kebutuhan mutlak. Pulsa pun kategori seperti kebutuhan pokok. Orang-orang sekarang masih memilih membeli pulsa daripada membeli rokok. Terkadang lapar pun, mereka masih menunda makan daripada tidak membeli pulsa.
Internet harus ada di jalur-jalur perpindahan orang dan tempat-tempat berkumpul.
Jaringan internet yang baik sangat berguna untuk pemasaran destinasi desa wisata. Orang yang berkunjung ke desa wisata biasanya mencari tempat yang pas untuk berfoto-foto. Lalu mereka unggah fotonya ke medsos.
Tanpa internet, mana mungkin mereka unggah foto-foto itu ke media sosial?
Membuat konsep desa nyaman, aman, dan sehat
Internet membuat para wisatawan nyaman. Jadi rancang spot-spot yang terjangkau internet.
Kenyamanan membuat para pengunjung mau berlama-lama di desa wisata kita. Mereka memarkir motor atau mobil di desa kita, itu bisa ada nilai layanan dan ekonominya. Mereka buang air besar dan kencing di toilet yang kita bangun, tentu saja bisa menjadi nilai tambah pelayanan pariwisata.
Nilai ekonomi lainnya, mereka membeli makanan dan minuman di toko atau warung tetangga desa kita. Tentu itu bernilai ekonomi yang positif.
Kita harus menjaga motor dan mobil yang di tempat parkir, membersihkan toilet yang mereka gunakan, menjaga keamanan kunjungan mereka dari maling dan copet yang menyempatkan berbuat tidak baik
Maka awasi lokasi wahana dan destinasi wisata desa kita dengan kamera, alarm, atau apa pun yang bisa menunjang penjagaan keamanan.
Pemerintah desa bisa menerapkan kebijakan bahwa pengelola tempat wisata harus menyiapkan tim siaga pertolongan pertama pada kecelakaan. Atau pertolongan pertama gawat darurat. Ini untuk menjamin pengunjung wisata desa kita terlayani termasuk masalah kecelakaan dan kesehatannya.
Pengelola, selain menyediakan mobil siaga pertolongan, mereka tahu kemana korban akan menjalankan perawatan rujukan untuk pertolongan berikutnya.
Menata desa menjadi desa layak huni pariwisata
Desa layak huni pariwisata itu adalah desa yang layak mendapatkan kunjungan orang luar lalu pengunjung bisa nyaman tinggal beberapa hari di desa itu. Suasana di desa layak huni pariwisata itu kondisinya aman, berbagai kebutuhan dasar pun ada. Di desa itu, ada banyak pilihan makanan yang sesuai dengan rasa kebanyakn orang dari daerah asal pengunjung.
Suatu desa layak huni pariwisata seharusnya memiliki beberapa penginapan. Tidak harus mewah tapi tetap layak untuk memfasilitasi tamu. Pengelolaan tempat penginapan ini bisa langsung oleh warga pemilik penginapan.
Pemerintah melalui Badan Pariwisata Desa dapat memberikan anggaran stimulasi untuk membangun penginapan-penginapan sehingga mempercepat pengembangan desa wisata.
Setidaknya, penginapan di desa layah huni pariwisata, ada toilet yang layak sesuai kelas jika tersaji dengan paket layanan tertentu. Ada juga tempat transit bagi pengunjung yang tidak menginap.
Dan yang paling penting, desa layak huni pariwisata itu terdapat tempat pengaduan kemanan yang ramah terhadap pengunjung. Hal semacam ini tidak bisa hanya melibatkan swasta. Otoritas desa setempat harus mengelola secara formal menjadi bagian dari layanan desa wisata.
Memulai aktivitas pemasaran desa wisata
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Kata kunci awalnya adalah perencanaan. Pengelola destinasi wisata bersama Bapardes bisa berkoodinasi tentang paket harga jasa pariwisata yang tersedia.
Jika paket-paket kegiatan pariwisata sudah tersedia dengan wahan-wahana yang layak jual, informasi harga sudah ada, maka promosi sudah bisa dimulai.
Sekarang siapa pun bisa melakukan kegiatan promosi dengan mudah. Internet dan media sosial memberikan kesempatan kepada siapa pun melakukan promosi.
Promosi bisa dengan mengadakan paket kegiatan on the spot yang langsung mengundang banyak pengunjung destinasi wisata di desa. Dalam berpromosi pengelola dapat menggunakan website, media sosial, atau iklan di radio.
Membangun wisata desa berkelanjutan
Ini fokusnya. Wisata desa berkelanjutan adalah desa yang telah mengembangkan potensi pariwisata di wilayahnya hinga berhasil mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, UMKM, menciptakan lapangan kerja, dan pelestarian lingkungan.
Bukan hanya sebagian saja yang merasakan kesejahteraan desa wisata. Ekonomi masyarakat harus bertumbuh melibatkan usaha mikro kecil dan menegah. Ada percepatan penciptaan lapangan kerja, baik bagi warga desa setempat atau pun desa tetangga. Dan, lingkungan sebagai kekayaan awal harus tetap terjaga kelestariannya.
Personalize, customize, localize, smaller in size
Segmentasi pariwisata ke depan akan lebih engarah kepada personalize, customize, localize, dan smaller in size.
Personalize artinya wisatawan akan lebih memilih jenis pariwisata pribadi atau hanya bersama keluarga. Customize adalah berwisata dengan pilihan minat khusus seperti wisata berbasis alam atau budaya. Localize yakni memilih destinasi yang jaraknya tidak terlalu jauh atau wisata lokal. Sedangkan smaller in size, adalah pariwisata dengan jumlah pengunjung di setiap destinasi wisata yang tidak terlalu massif.
Prospek pengembangan desa wisata
Pemerintah Indonesia melalui Kemenparekraf merencanakan desa wisata menjadi program unggulan untuk membangkitkan semangat kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yang langsung menyentuh ekonomi masyarakat.
Menteri Parekraf optimis desa wisata akan bisa menjadi ‘pandemic winner’ seiring dengan perubahan tren wisata paska pandemi.
Desa Wisata Berkelanjutan ini memprioritaskan aspek Kebersihan Kesehatan, Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan sehingga memperoleh sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).
Proseknya, wisatawan atau pengunjung akan memilih destinasi wisata yang telah mengantongi sertifikat CHSE, karena mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan terjaga keberlanjutan lingkungannya.
Daftar isi – Cara Mengembangkan Desa Wisata yang Berkelanjutan
- Apa itu desa wisata?
- Menggali potensi wisata desa
- Syarat-syarat desa wisata
- Pentahelix pengembangan desa wisata
- Cara mengembangkan desa wisata
- Tentukan obyek atau destinasi wisata
- Merekayasa jalan, jalur transportasi wisata
- Membentuk komunitas penggiat wisata desa
- Mengkaji aspek risiko keamanan desa wisata
- Merancang sarana komunikasi umum
- Membuat konsep desa nyaman, aman, dan sehat
- Menata desa menjadi desa layak huni pariwisata
- Memulai aktivitas pemasaran desa wisata
- Membangun wisata desa berkelanjutan
Discussion about this post