Korea – Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol memerintahkan, agar bus dengan AC dan truk air segera dikirim ke acara Jambore perhimpunan pramuka sedunia yang berlangsung di negaranya, setelah ratusan peserta remaja jatuh sakit akibat cuaca panas ekstrem, pada Jumat (04/08).
Sedikitnya 600 orang peserta Jambore Pramuka Dunia, di Buan yang mulai pada Selasa (01/08), telah dirawat setelah jatuh sakit akibat terpapar cuaca panas ekstrem yang melanda Korea Selatan saat ini.
Cuaca Ekstrem di Jambore Dunia
Acara tersebut bertepatan dengan keluarkannya peringatan tingkat suhu panas tertinggi dalam empat tahun terakhir oleh pemerintah Korsel. Suhu pada beberapa bagian negara tersebut telah melebihi 38 derajat Celcius sepanjang pekan ini.
Seorang pramuka asal Malaysia kepada surat kabar Korea Selatan mengatakan, cuaca di sana bahkan lebih panas daripada di negara asalnya.
“Saking panasnya, saya sampai terkena migrain,” katanya.
Media lokal melaporkan, para peserta jambore pramuka dari Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Bangladesh, Kolombia, Polandia, dan Swedia juga ikut terkena dampaknya.
Langkah Darurat untuk Melindungi Peserta Jambore
Presiden Yoon menyerukan, agar menyediakan bus yang memiliki failitas air conditioning dalam jumlah yang tidak terbatas. Agar para peserta Jambore Pramuka tersebut dapat beristirahat dan mendinginkan diri. Selain itu, presiden Yoon juga memerintahkan pengiriman truk-truk tangki air,” demikian ungkap sekretaris pers Korea Selatan, Kim Eun-hye, dalam sebuah pernyataan.
Yoon juga memerintahkan para pejabat untuk meningkatkan kualitas makanan untuk para peserta dan menyerukan agar semua lembaga pemerintah dapat bergabung dalam upaya menyelesaikan masalah di perkemahan.
Lebih dari 43.000 peserta menghadiri upacara pembukaan Jambore pada Rabu (02/08) malam. Sebuah pertemuan global pertama Jambore Pramuka Dunia pasca pandemi Covid. Sebagian besar peserta adalah anggota pramuka yang baru berusia antara 14 hingga 18 tahun.
Langkah Darurat Perlindungan Peserta Jambore
Selain presiden Yoon, seruan serupa juga diinstruksikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan Lee Sang-min.
Dalam sebuah pertemuan darurat, Menteri Lee memerintahkan anggota panitia untuk mengeksplorasi “semua langkah yang mungkin dilakukan” demi melindungi para peserta, termasuk menyesuaikan kegiatan luar ruangan.
Lee juga menyerukan, untuk menyiapkan lebih banyak kendaraan darurat dan pos medis. Serta lebih banyak struktur peneduh dan pendingin udara di sekitar area Jambore. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit serius atau bahkan kematian.
Pertimbangan dan Dampak Cuaca Panas di Jambore
Sekjen Panitia Jambore Choi Chang-haeng bersikeras, acara tersebut cukup aman untuk dilanjutkan. Setelah ada kekhawatiran tentang penyelenggaraan Jambore pada area yang luas dan tanpa pepohonan untuk berlindung dari panas. Choi meyakini, situasi serupa bisa saja terjadi pada acara Jambore di tempat lain.
“Para peserta datang dari jauh dan belum menyesuaikan diri dengan cuaca,” kata Choi dalam konferensi pers.
“Jumlah pasien sebanyak itu juga bisa dikaitkan dengan pertunjukan K-pop selama upacara pembukaan. Yang menurutnya membuat banyak remaja kelelahan setelah secara aktif melepaskan energi mereka,” tambahya.
Kementerian Keselamatan dalam kesempatan terpisah melaporkan, setidaknya 16 orang warga Korea Selatan yang bukan peserta jambore telah meninggal dunia. Karena penyakit yang berhubungan dengan cuaca panas ekstrem di Korea Selatan sejak 20 Mei. Termasuk dua orang yang jatuh sakit pada Selasa (01/08).