GIANYAR – Sebanyak 280 pramuka siaga dari tujuh gugusdepan di Kecamatan Ubud mengikuti Pramuka Pesta Siaga di Lapangan Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, Minggu (26/5/2019).
Selain melatih ilmu bela negara pada para siswa, langkah itu juga sebagai mempertahankan seni dan budaya masing-masing desa. Sehingga pada akhir acara dilanjutkan dengan pawai budaya dengan mengelilingi Desa Singakerta.
Terbatas anggaran, pertama kali digelar
Ketua panitia kegiatan, I Made Netra saat ditemui di sela-sela kegiatan menjelaskan Pesta Siaga tersebut baru pertama kali diselenggarakan pada tahun ini.
“Ini pertama kali dilakukan, semoga tahun berikutnya bisa berlanjut. Selain melatih siswa tentang ilmu bela negara juga sebagai melatih dan mempertahankan budaya yang mereka miliki di desanya. Sehingga masing-masing gugusdepanmemperlihatkan seni budayanya saat pawai budaya ini,” paparnya kepada wartawan sebagaimana diberitakan Bali Express.
Ia megatakan, kegiatan diawali dengan upacara mempergunakan pakaian pramuka. Dilanjutkan dengan pemberian ilmu kedisiplinan hingga pengetahuan bela negara. Selanjutnya berbagai permainan dengan cara membaur dari tujuh gugusdepanyang ada di kecamatan Ubud. Langkah itu diungkapnya juga sebagai berinteraksi dan kesempatan saling mengenal satu sama lain meski beda gugus.
“Setelah mereka mempergunakan pakaian pramuka, semuanya ganti pakaian menggunakan pakaian adat. Ada yang membawa barong, banten hingga umbul-umbul. Layaknya tradisi yang sudah berjalan di desanya masing-masing. Memang ada kemiripan karena temaya bebas sehingga sebagian besar mereka membawa tradisi ngunya diiringi gambelan,” jelas pria asli Peliatan, Ubud tersebut.
Alasannya pertama kali dilakukan Pesta Siaga itu, ia mengaku lantaran keterbatasan anggaran. Sehingga pada tahun ini terdapat anggaran dengan kegiatan itu sebesar Rp 2,5 juta per gugus. Meski keterbatasan dana, ia mengungkapkan demi memberikan pendidikan karakter kepada siswa pihaknya harus lakukan.
Anggaran minim untuk pendidikan bela negara
“Meski dengan minim anggaran, kita harus tetap melakukan kegiatan ini. Karana dana sebesar Rp 2.5 juta itu kan termasuk sedikit. Sedangkan pesertanya terdiri atas tujuh gugusdepan dengan masing-masing gugusdepan 40 siswa,” pungkasnya.
“Kegiatan ini hanya berlangsung selama sehari, karena ini sebagai awal. Semoga tahun berikutnya bisa kegiatannya lebih terarah dan lebih dari satu hari. Karena ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa,” imbuh Netra.
Kegiatan Pesta Siaga itu dimeriahkan dengan pawai budaya. Mereka mengelilingi Banjar Jukut Paku, Desa Singakerta dengan berjalan kaki sekitar dua kilometer diiringi gambelan.
Selain menampilkan beberapa tradisi yang ada di desanya masing-masing, tampak mereka juga ada yang membawa rangda dan pepranian layaknya sasuhunan yang tedun ngunya saat Galungan dan Kuningan.