Pangkalan gugusdepan SDN Pakis III Surabaya dikenal memiliki ratusan aloevera atau tanaman lidah buaya. Melihat potensi lidah buaya yang besar tetapi kurang termanfaatkan dengan baik, maka salah satu anggota pramukanya berusaha mengembangkan olahan produk dari aloevera.
Ialah Sarlita Zahra, pramuka penggalang ramu Gugusdepan Surabaya 21.019-21.020, yang mempunyai proyek budidaya aloevera untuk sabun. Masa pandemi COVID-19 menjadi momentum bagi Sarlita untuk mengoptimalkan budidaya aloevera dan memanfaatkannya untuk sabun untuk mendukung gerakan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Awalnya baca artikel tentang sabun aloevera
Berangkat dari membaca beberapa artikel tentang sabun berbahan aloevera, Sarlita memutuskan untuk mengolahnya menjadi sabun muka.
“Untuk pemanfaatan aloevera selain diolah menjadi makanan dan minuman,” kata Sarlita Zahra.
Pembuatan yang mudah dan memiliki banyak manfaat kesehatan dan kecantikan merupakan alasan utama ia memilih pembuatan sabun aloevera. Selain itu, ketersediaan bahan baku yang banyak merupakan salah satu kemudahan tersendiri bagi Sarlita.
“Dalam proses pembuatan sabun lidah buaya saya dibantu oleh kedua orang tua saya. Sedangkan cara dan proses pembuatan di sekolah dibantu oleh pembina saya yaitu Kak Fifitri,” ujar anggota pramuka yang hobi membaca ini.
Pencapaian luar biasa berhasil diraih oleh Sarlita selama 3 bulan masa darurat pandemi COVID-19.
“Saya sudah berhasil membuat 1725 batang sabun dan berhasil budidaya 954 tanaman lidah buaya,” ujar pemilik cita-cita menjadi dokter ini.
Sarlita Zahra membagikan tanaman aloevera di puskesmas dan koramil sekitarnya.
“Masing-masing 25 tanaman. Sedangkan tanaman yang dibudidayakan sudah berhasil melampaui target awal yaitu 600 tanaman aloevera,” tutur pramuka kelahiran Surabaya, 3 Desember 2009.
Tanaman yang dibagikan paling banyak di kampung adopsi, yaitu sebanyak 100 tanaman.
Pengembangan proyek lingkungan Sarlita tidak berfokus pada produksi sabun tetapi juga memproduksi olahan lainnya dari lidah buaya.
“Selain sabun saya juga memproduksi berbagai jenis olahan. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak sabun. Untuk variasi saja,” terang Sarlita.
Selain sabun, Sarlita juga membuat hand sanitizer, sirup, stik, pudding, dan pestisida.
“Dan yang terbaru, saya memproduksi permen aloevera,” ujar siswi SDN Pakis III yang tinggal di Jalan Pakis Sidorejo I Surabaya ini.
Mewujudkan misi keluarga minim sampah
Selain fokus terhadap pengembangan proyeknya, Sarlita beserta keluarga juga berusaha merealisasikan keluarga minim sampah. Sarlita menuturkan sedikitnya ada 31 jenis kegiatan lingkungan yang dilakukan di rumah bersama orang tuanya selama masa darurat COVID-19.
“Hampir semua poin keluarga zero waste sudah saya lakukan. Mulai dari belanja menggunakan kantong plastik, membuat biopori, pengumpulan jelantah, pemilahan sampah rumah tangga hingga sosialisasi tentang keluarga zero waste,” ujar putri pasangan Era Hari Mudji dan Erna Triningsih ini.