Truestory, Scout.ID – Sebuah video tentang perjuangan seorang lelaki paruh baya yang masih bersemangat menempuh pendidikan S1, di usianya yang ke 58 tahun menyorot perhatian publik.
Video yang diunggah oleh akun TikTok @sakinahh.f tersebut memperlihatkan keceriaan lelaki itu saat tengah mengikuti rangkaian penerimaan mahasiswa baru (Ospek) di Universitas Esa Unggul.
Dalam sesi ospek, lelaki yang diketahui bernama Gray Zain ini mengikuti sesi berbagi cerita dengan panitia maupun berjoget. Ia tampak tak sungkan dengan rekan-rekan yang lebih muda darinya.
Bahkan saat itu, ia terlihat berpakaian unik mengenakan caping dan kacamata hitam. Saat inilah, rekan-rekan di kampus Gray menangkap momen tersebut dan membagikannya hingga viral sebagai konten dengan kisah yang menginspirasi.
Memang, ada alasan khusus mengapa lelaki yang diketahui memiliki 3 orang anak ini baru berkesempatan kuliah di usianya yang sudah tak lagi muda.
“Menunda kuliahnya hingga 40 tahun karena harus membiayakan adik-adik dan anak-anaknya. Doanya di umur 61 tahun lulus menjadi sarjana dan di umur 63 tahun lulus sebagai magister,” tulis video tersebut memberi keterangan.
Dalam keterangan pers yang diterbitkan Komunitas SEVIMA, Komunitas Pendidikan Tinggi di bidang IT, Gray dulu sebetulnya sudah proses untuk berkuliah di Sastra Jepang. Tapi karena memang kondisi pada saat itu, ayahnya meninggal, dan tiga orang adiknya masih perlu sekolah.
“Saya sebagai anak pertama yang lulus SMK jurusan pariwisata, akhirnya harus bekerja dulu. Bahkan saya tidak bisa datang wisuda SMK saya karena harus cari uang untuk hidup keluarga,” lanjut Gray atas kejadian di tahun 1983 tersebut.
Mewujudkan Mimpi Lama untuk Kuliah
Setelah menikah, Gray pun memilik tiga orang anak. Saat ini, mereka sedang menginjak masa remaja, yang membuat percakapan di meja makan keluarganya tak jauh-jauh seputar perkuliahan. Di tahun 2021 ini, kata dia, giliran anak ketiganya yang duduk di kelas tiga SMA dan akan mengenyam bangku kuliah.
Layaknya kata pepatah bahwa cinta tumbuh karena terbiasa (tresna jalaran saka kulina), percakapan yang berulang seputar perkuliahan membuat Gray Zain juga ikut jatuh cinta pada kampus.
Sebagai ayah, ia tak ingin sekedar memberi nasihat atau pepatah kosong. Inilah yang melatarbelakangi Gray Zain untuk menjadi mahasiswa baru di Universitas Esa Unggul Jakarta hingga akhirnya viral.
“Saat saya menyarankan anak saya yang ketiga untuk berkuliah Computer Science (teknik komputer), karena memang jurusan IT masa depan cukup cerah, saya tidak ingin enak saja memberi motivasi. Saya juga harus membuktikan berkuliah. Disitulah kebangkitan saya akhirnya mencari sampai mendaftar kuliah, tidak menyangka ternyata viral,” ujar dia dalam talkshow bersama Komunitas SEVIMA.
Nyaris 40 tahun berselang, Gray bersyukur sudah mendapatkan berkah yang luar biasa dalam hidup: pekerjaan yang mapan, adik yang sudah sukses dan berkeluarga, bahkan ketiga anaknya sendiripun sudah relatif sukses.
Ditambah dengan aktivitas biro travel yang rehat sejenak akibat Pandemi COVID-19, Gray kemudian tergugah untuk menggapai mimpi lamanya, berkuliah.
“Bisnis saya cukup lancar, bahkan ketika COVID kami tetap bertahan walaupun pemasukan di bidang travel jelas menurun drastis. Karena anugerah yang luar biasa ini, saya kemudian teringat atas impian yang sudah lama saya idam-idamkan dalam hidup, yaitu berkuliah,” ujar Gray.
Menyesuaikan diri untuk belajar kembali di usia kepala lima, diakui lelaki yang kini sudah menjabat sebagai Ketua Penasihat Asosiasi Biro Wisata Indonesia tersebut tidak lah mudah.
Ia perlu mempelajari kembali Sistem Akademik dan Sistem Pembelajaran Sevima yang digunakan di kampus. Bahkan, Gray perlu belanja buku untuk mengejar pengetahuan terbaru.
“Jadi saya sampai belanja dulu buku-buku dasar komunikasi, dan belajar sistem pembelajaran online. Ternyata dengan fokus dan semangat, semuanya bisa saya kuasai dengan mudah. Target saya, bisa lulus sarjana di usia 61 dan Magister di usia 63,” lanjut Gray.
Atas pencapaian tersebut, Rektor Universitas Esa Unggul Dr. Arief Kusuma mengungkapkan bahwa semangat belajar Gray bisa menjadi inspirasi generasi muda untuk tak pernah lelah menuntut ilmu. Terlebih, berkuliah sembari beraktivitas sebagai profesional bukanlah perjuangan yang mudah.
“Profesional bekerja pagi sampai sore, lalu berkuliah selama kurang lebih lima jam, selama empat tahun jenjang sarjana. Itu bukan sesuatu yang mudah. Harus siap tenaga dan mental. Tapi dengan kehadiran Gray Zain dan para profesional, kami sendiripun sebagai dosen juga banyak belajar dari pengalaman dan perjuangan mereka,” pungkas Rektor.