WAJO – Tiga kecamatan di Kabupaten Wajo terendam banjir akibat curah hujan tinggi mengguyur sebagian wilayah Sulawesi Selatan selama dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijiriah.
“Curah hujan yang tinggi dan di daerah kabupaten tetangga berdampak ke beberapa daerah kecamatan di wilayah Kabupaten Wajo, hingga terkena banjir dengan ketinggian bervariasi mulai 20-100 sentimeter,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo Alamsyah, Sabtu (8/6/2019), dikutip dari Antara.
Tiga kecamatan tersebut yang masih terendam banjir masing-masing Tempe, Pammana dan Belawa. Sebelumnya terdapat enam kecamatan yang terendam banjir, tetapi tiga kecamatan airnya sudah surut pada beberapa hari terakhir.
Warga masih bertahan di rumahnya
Terkait dengan antisipasi misi kemanusiaan untuk melakukan evakuasi terhadap korban bencana banjir, kata dia, belum dilakukan karena warga masih bertahan di rumahnya.
“Masih bertahan hingga sekarang, untuk pengungsian masih nihil,” kata Alamsyah.
Untuk itu, BPBD Wajo mengimbau masyarakat agar memperhatikan cuaca dan kondisi wilayah saat ini termasuk kondisi curah hujan di daerah Kabupaten tetangga seperti Kabupaten Bone, Soppeng dan Sidrap.
“Maka diimbau kepada seluruh stakeholder, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat untuk tetap waspada menghadapi curah hujan yang tinggi saat ini dengan slogan siap untuk selamat. Mari kita jaga alam kita dan akhirnya alam yang jaga kita hari esok,” terangnya.
Masih hujan, air setinggi orang dewasa
Junaidi Sudirman, salah satu warga di Desa Baru Alau, Kelurahan Laelo Kecamatan Tempe mengatakan, air masih setinggi paha orang dewasa dan saat ini kondisi masih terjadi hujan. Kendati rumah yang terendam rata-rata rumah panggung.
Selain itu, banjir biasanya diakibatkan kiriman air dari Kabupaten Soppeng dan Sidrap ketik hujan deras, membuat laju air turun hingga ke beberapa daerah di Wajo.
Selain itu, kata dia, ada beberapa kelurahan yang terendam di Kecamatan Tempe, termasuk di rumah di pesisir danau tempe yakni Kelurahan Laelo, Kelurahan Salo Menlaleng, Kelurahan Watanglipue, Kelurahan Mattirotappareng dan Keluharan Wiringpalennae.
“Sampai saat ini belum ada mengungsi, karena hampir tiap tahun air naik dalam rumah sampai lutut. Bahkan di tahun 2003, air sampai dada. Maka dari itu sengaja tinggi rumah dinaikkan sampai tiga meter,” ujarnya.