Bandung – Di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana permainan anak sudah didominasi dengan game digital. Ternyata permainan anak atau dalam bahasa Sunda disebut Kaulinan barudak atau kaulinan lembur masih bisa bertahan. Bahkan terus dilestarikan dan dikembangkan. Ada makna dan nasihat dalam setiap permainan tradisional yang terkandung di dalamnya. Mengedukasi keteladanan, kedisiplinan, toleransi, dan tanggungjawab.
“ Fokus kami disini adalah mengevaluasi dan mengedukasi kembali permainan anak atau kaulinan barudak sunda kepada para pelajar apakah mereka masih ingat atau bahkan sudah tidak pernah dimainkan lagi terutama di lingkungan sekolah,” ujar Risma dari Sanggar Seni Budaya Eco Bambu saat hadir dalam sosialisasi kaulinan barudak Sunda di SMP Negeri 22 Bandung, Jalan WR. Supratman No. 24 Bandung, Jum’at ( 10/11/2017).
Education Cipaku Oase Barisan Muda Bandung Utara (Eco Bambu) merupakan sanggar seni budaya sunda yang didirikan oleh Andreas Wiharja pada 2012 lalu. Bertujuan sebagai bentuk dukungan terhadap program Pemkot Bandung yang ingin menjadikan Bandung sebagai destinasi wisata dunia. Pada 2015, sanggar seni budaya Eco Bambu berubah menjadi Kampung Wisata Eco Bambu. Menawarkan wisata edukasi seni budaya kepada para pengunjungnya.
“ Walaupun pengaruh perubahan budaya begitu terasa di tengah lingkungan masyarakat sekarang. Kami berupaya permainan barudak sunda ini bisa terus ada dan dapat dikelola dengan baik oleh generasi muda terutama pelajar di sekolah-sekolah agar tidak gampang punah,” lanjut Risma.
Dalam kegiatan sehari ini, para siswa diajak bermain beberapa permainan barudak yang seru dan menarik baik di dalam ruangan maupun di lapangan olahraga seperti Cing Ciripit, Sur- Ser dan yang lainnya bersama tim Eco Bambu (Intan, Kinari, dan Risma).
“ Kaulinan barudak sunda ini memang bagus untuk dipraktekkan di lingkungan sekolah. Bahkan sesuai dengan program Bandung Masagi. Dimana salah satunya adalah Budaya Sunda. Selain itu sebagai sarana edukasi baik seni budaya dan olahraga, “ ucap Staf Humas SMP Negeri 22 Bandung, Novi Nurhayati, M.Pd.