Jakarta – Elemen-elemen di Indonesia telah aktif dalam mendukung Palestina, namun gerakan Pramuka belum sepenuhnya terlibat dalam upaya kemanusiaan tersebut. Meskipun Pramuka memiliki Satuan Tugas (Satgas) yang menunjukkan perhatian terhadap isu-isu sosial, seperti Gerakan Pramuka Peduli, Master of Peace (MoP), dan berbagai Satgas lainnya, kehadiran Pramuka dalam aksi dukungan Palestina belum terlihat dengan jelas.
Kritik terhadap kurangnya keterlibatan Pramuka dalam dukungan Palestina diungkapkan oleh Kak Adzanil Prima Septy dalam sebuah pertemuan melalui Zoom bersama anggota Pramuka dan jurnalis dari berbagai daerah, Sabtu (4/11/2023).
“Saya melihat bahwa banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) telah menunjukkan kepeduliannya dengan menggalang donasi dan menyelenggarakan aksi solidaritas langsung untuk masyarakat Palestina,” ucap Anggota Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) Kwartir Cabang (Kwarcab) Padang periode 2022-2027.
“Namun, saya belum pernah melihat arahan resmi dari pimpinan Pramuka pusat yang menunjukkan keterlibatannya dalam membantu dan mendukung Palestina. Padahal Pramuka terkenal sebagai pembawa kedamaian dan gerakan yang peduli. Kritik ini harus di respons,” tegasnya.
Pramuka Indonesia dan Kewajiban Moral terhadap Palestina
Kak Adzanil, yang merupakan Tim Satgas Garuda Bakti Pramuka pada tahun 1984 di Saudi Arabia menegaskan bahwa Pramuka harus segera terlibat dalam mendukung Palestina. Bahkan tanpa arahan resmi dari Kwartir Nasional (Kwarnas) atau Kwartir Daerah (Kwarda).
“Kita harus segera terlibat, bahkan jika tidak ada seruan khusus dari pimpinan Pramuka. Kita bisa mulai di tingkat gugus depan masing-masing dengan tindakan seperti menggalang dana, menggelar doa bersama, atau menciptakan konten khusus yang menunjukkan dukungan Pramuka untuk Palestina,” tambahnya.
Sejarah gerakan Pramuka mengakar dalam semangat perjuangan melawan penjajahan. Saat ini, Pramuka memiliki kesempatan untuk menunjukkan peran aktifnya dalam isu-isu kemanusiaan, khususnya dalam mendukung Palestina.
Indonesia sebagai negara merdeka pertama yang diakui oleh Palestina sebagai sebuah negara merdeka, memiliki tanggung jawab moral untuk bersatu dalam membantu menghadapi tantangan yang mereka alami saat ini.
Genosida di Gaza, Pramuka Indonesia Bersatu Menolak Penjajahan Israel
Lebih lanjut, Kak Adzanil menyampaikan keprihatinannya terhadap penderitaan rakyat di Jalur Gaza. Selain genosida dan pembantaian, blokade pangan dan kebutuhan hidup oleh pihak Israel telah menyebabkan penderitaan yang tak terhingga bagi rakyat Palestina.
Data dari Kementerian Kesehatan berbasis di Gaza menunjukkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza telah mencapai 9.061, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan. Jumlah korban luka mencapai lebih dari 32.000 orang.
Dalam situasi seperti ini, Kak Adzanil dan para pendukungnya mendesak Pramuka untuk aktif dalam mendukung Palestina, dan menyuarakan penolakan terhadap tindakan penjajahan Israel.
“Melihat genosida ini, saya sangat berharap semuanya membuka mata, terkhusus para petinggi-petinggi Pramuka. Kita suarakan kepada dunia bahwa masyarakat, Pramuka Indonesia beserta semua lapisannya menolak, marah dan mengutuk penjajahan Israel itu,” tandasnya.