Surabaya – Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) telah menggelar Musyawarah Internasional dan Seminar FDGBI IV, bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, di Hotel Golden Tulip Legacy, Surabaya, Selasa (5/11/2019).
“Helatan tersebut mengangkat tema Bahasa Indonesia-Melayu sebagai Bahasa Ilmiah Internasional,” Ujar Dewan Pertimbangan di Dewan Guru Besar Indonesia (DGBI), Prof Drs Koentjoro MBSe P.hd.
Dihadiri 154 guru besar se Asia
Musyawarah Internasional dan Seminar Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) IV dihadiri 154 Guru Besar dari 31 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Asia.
Hal yang diharapkan dengan adanya kegiatan yang bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu ialah agar kepakaran seseorang tidak lagi terhalang indeks scopus. Sehingga, pengguna Bahasa Indonesia di seluruh dunia bisa mendapatkan pengakuan atas karya ilmiahnya yang ditulis menggunakan Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia mulai masuk ke berbagai negara
Saat ini, Bahasa Indonesia sudah mulai masuk, dipelajari, dan dipakai di berbagai negara di dunia.
“Di Victoria, Australia, Bahasa Indonesia ini menjadi second language di sana. Di Hankuk University, Korea Selatan, ada 41 mata kuliah bahasa, salah satunya Bahasa Indonesia dengan tingat pelajar tertinggi yaitu 700 orang,” Kata Prof Koentjoro.
Menurut Rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA), sebagaimana dikabarkan Tribunjatim, Prof Dr Nurhasan M Kes menyebutkan, Bahasa Indonesia sudah mulai digunakan di negara-negara Eropa. Maka, UNESA bersama FDGBI IV mendeklarasikan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa penulisan ilmiah international untuk pertama kalinya.
“Tak hanya dari Indonesia, Guru besar dari Korea Selatan, Malaysia dan Singapore pun hadir didalamnya. Hasil Musyawarah Internasional dan Seminar Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) IV tersebut nantinya akan dibawa ke Dikti, ” tutur Ketua Panitia Musyawarah Internasional dan Seminar Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) IV, Prof Dr Setya Yuwana.
Selain itu, akan didiskusikan pula dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI di periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowi.
“Harapan kami, sesegera mungkin Bahasa Indonesia ini dapat diakui sebagai bahasa penulisan karya ilmiah internasional,” tutur Prof Yuwana.