Sering kita dengar ungkapan bahwa, Tuhan menciptakan hamparan bumi Jawa Barat, sembari tersenyum. Sebuah ungkapan yang sarat makna.
Maksudnya barangkali bahwa Tuhan menganugrahkan aneka keindahan alam yang amat mempesona. Keindahan alam tersebut terbentang amat luas, di berbagai kawasan Jawa Barat.
Mungkin Anda belum percaya? Tetapi cobalah untuk mengunjungi salah satu kawasan Jawa Barat selatan. Tepatnya Sukabumi bagian selatan. Temukanlah kebenaran ungkapan tadi dengan melihat hamparan taman bumi di Ciletuh-Palabuhanratu.
Geopark Ciletuh warisan bumi Sukabumi
Kekayaan alam yang indah tersebut, sebenarnya bukan informasi baru. Menurut penelusuran ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan Belanda, Van Bemmelen, sebelum kemerdekaan Indonesia, bahwa di kawasan Sukabumi selatan sudah ditemukan. Namun, keunikan alam berupa warisan bumi Sukabumi, yang berbeda dengan tempat lain, baru dipublikasikan pada tahun 1949.
Anugrah alam itu menjadi kekayaan yang luar biasa langka, dengan keunikan lokal yang tiada tara. Ya, sekali lagi anugrah Sang Kuasa. Setidaknya, keunikan pada berbagai keragaman hayati (bio diversity), keragaman geologi (geo diversity) dan keragaman budaya (cultural diversity) masyarakat setempat yang menempatinya dapat diapresiasi. Lebih detil, bagaimana indahnya juntaian air terjun, hamparan pemandangan alam, bentangan pantai, serta berbagai satwa dan makhluh hidup lain yang menempatinya begitu amat mempesona.
Belakangan ini, setelah menyadari keberadaan keunikan lokal tersebut, sebagai modal besar untuk pembangunan, maka harus dikelola secara terstruktur, sistematik dan sebaik-baiknya. Pengelolaan ini, tentu saja demi kebaikan alam itu sendiri, sekaligus untuk mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Lalu disepakatilah cara pengembangannya dengan konsep geopark. Yaitu pola pengelolaan aneka warisan itu, dengan membangun kerjasama yang sinergis antar berbagai elemen, sehingga tercipta suasana penjagaan warisan bumi menjadi taman. Dengan target, taman tetap terjaga, serta masyarakat sekitar dapat menikmati hasil pengelolaannya. Seperti dikutip oleh ciletuhpalabuhanratugeopark.org.
Komitmen pengelolaan tersebut, diawali dengan penentapan Perda Jabar No. 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi. Lantas, diikuti dengan dikeluarkannya SK. Bupati Sukabumi No.556/Kep.555-Disparbudpora/2015, tentang Penentapan Kawasan Geopark Ciletuh. Hasilnya, tahun 2016 Ciletuh mendapatkan penetapan sebagai Geopark Nasional. Puncaknya, berstatus diakui sebagai bagian dari geopark dunia pada April 2018 lalu oleh UNESCO.
Keberhasilan Geopark Ciletuh Palabuhanratu menjadi bagian dari UGG (Unesco Global Geoparks) merupakan keberhasilan yang prestisius, sebab sepanjang perjuangan geopark di Indonesia, hanya Geopark Ciletuh Palabuhanratu yang paling cepat prosesnya, dari merintis hingga status pengakuan dunia.
Sejauh ini, perjuangan pola pengembangan wisata dengan konsep geopark di Indonesia berdarah-darah. Saat ini tidak kurang dari 22 buah kawasan yang terdiri dari aneka ragam objek wisata dikembangkan dengan pola geopark (taman bumi). Namun, geopark dengan status menjadi UGG, baru dicapai oleh Rinjani, Gunung Sewu, Gunung Batur dan Ciletuh-Palabuhanratu yang paling bungsu.
Bersanding geopark nasional lainnya
Sementara itu, terdapat juga Geopark Nasional, yang sedang proses pengajuan menjadi UGG, yakni Toba, Merangin, Belitong, Bromo, Tambora, Maros-Pangkep, dan Raja Ampat. Serta, beberapa geopark lain, yang masih menjadi kandidat, sedang berjuang menjadi Geopark Nasional, yaitu di Lembah Harau, Pongkor, Pangandaran, Karang Sambung, Dieng, Bromo, Ijen, Kelimutu, Sagkurilang, dan Tondano.
Bagaimanapun keadaan Geopark Ciletuh Palabuhanratu saat ini, pencapaian menjadi UGG adalah kebanggaan kita bersama, selaku masyarakat dunia. Bahwa status menjadi geopark dunia harus dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan semua lapisan masyarakat.
Untuk mengotimalkan hal tersebut, ada baiknya diupayakan adanya keterpaduan antara pengelolaan, penjagaan, pemanfaatan dan pemberdayaannya. Sehingga aspek keragaman hayati, keragaman geologi, dan keragaman budaya warga setempat akan menebar manfaat. Manfaat memunculkan nilai positif dari pengelolaan dan pemanfaatannya. Semoga.[]