Gerhana Bulan Parsial akan tersuguh melintasi cakrawala malam Indonesia pada 7-8 Agustus 2017 mendatang. Sebuah peristiwa langka, suatu fenomena astronomi yang layak kita pelajari. Apa itu gerhana bulan parsial dan bagaimana cara mengamatinya? Simak artikel menarik di bawah ini.
Infoastronomy mengingatkan kembali, gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat sebagian atau seluruhan wajah bulan tertutup oleh bayangan bumi. Fenomena ini terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Rangkaian fenomena gerhana bulan
Ada beberapa peristiwa gerhana bulan, yakni gerhana bulan total, gerhana bulan penumbra, dan gerhana bulan parsial. Gerhana bulan total adalah fenomena ketika seluruh wajah bulan terhalangi bayangan umbra bumi. Saat fenomena ini terjadi, bulan berubah warna menjadi semerah darah.
Sementara gerhana bulan penumbra adalah fenomena ketika sebagian atau seluruh wajah bulan berada atau terhalang bagian bayangan penumbra bumi, yang membuat Bulan masih dapat terlihat namun dengan warna yang agak redup.
Yang terakhir adalah gerhana bulan parsial, atau yang dikenal juga dengan gerhana bulan sebagian. Pada gerhana ini, Bumi tidak seluruhnya menghalangi bulan dari sinar matahari, masih ada sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Hal ini membuat Bulan akan tampak tergigit.
Mulai dari 22:50 WIB (7 Agustus) hingga 03:50 WIB (8 Ahgustus)
Gerhana bulan parsial 7-8 Agustus 2017 akan berlangsung pukul 22:50 WIB pada 7 Agustus 2017 (pada gambar di atas ditunjukkan dengan P1) ketika bulan mulai masuk ke bayangan penumbra bumi.
Lalu, sebagian kecil wajah bulan mulai masuk bayangan umbra bumi mulai pukul 00:22 WIB (U1) hingga 02:18 WIB (U4), puncaknya sendiri akan terjadi pukul 01:20 WIB (Greatest), yakni 8 Agustus 2017.
Gerhana bulan kemudian akan berakhir sepenuhnya ketika bulan meninggalkan bayangan penumbra bumi pada pukul 03:50 WIB (P4). Dengan begitu, durasi gerhana bulan ini mencapai 1 jam 55 menit dengan persentase maksimum puncak gerhana adalah 24% piringan Bulan tergerhanai.
Aman dilihat dengan mata telanjang
Peristiwa gerhana bulan parsial ini aman dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu seperti binokuler atau teleskop. Tidak seperti gerhana matahari yang membutuhkan kacamata berfilter khusus untuk melindungi mata kita dari bahaya silau matahari.
Gerhana bulan parsial ini termasuk dalam seri Saros 119 dan merupakan gerhana ke-62 dari total 83 kali gerhana dalam seri tersebut. Dalam hal ini, gerhana seri Saros 119 yang berikutnya atau yang ke-63 akan terjadi sekitar 18 tahun lagi, tepatnya pada 20 Agustus 2035, yang sayangnya tidak terlihat dari sebagian besar wilayah Indonesia.
Tapi untuk gerhana bulan parsial 7-8 Agustus 2017 ini, Indonesia menjadi salah satu lokasi terbaik untuk mengamatinya. Bagi Anda yang sedang berada di luar Indonesia saat terjadi gerhana bulan parsial nanti, jangan khawatir, gerhana ini juga bisa terlihat di sebagian besar Afrika, sebagian besar Eropa, seluruh Asia, Australia, dan negara-negara di Oseania.