Jakarta – Wenny Artha Lugina yang lebih dikenal dengan Wenny Smart, baru meluncurkan karya terbarunya buku ketujuh berjudul Pesan Terakhir di Gramedia Central Park, Jakarta.
Peluncuran buku ini sekaligus memperingati Hari Pramuka pada 14 Agustus kemarin. Novel yang ini terinspirasi dari kisah nyata yang berlatar kegiatan Pramuka, topik yang jarang diangkat penulis.
Dalam novelnya, Wenny tidak hanya menceritakan kegiatan Pramuka hanya di permukaan. Dia mampu menjabarkan kedalaman wawasan tentang kekhasan Pramuka, mampu mendeskripsikan keseruan Pramuka ketika berkumpul di api unggun saat berkemah, hingga keseruan mengikuti Jambore. Novel Pesan Terakhir disusun selama tiga bulan.
Menurut Wenny, hilangnya kebanggaan terhadap kegiatan Pramuka karena ketidaktahuan generasi muda. Apalagi, hanya sedikit cerita yang mengupas tentang kegiatan Pramuka. Pramuka kalah pamor dibanding kegiatan lain misalnya, Paskibraka.
“Di Inggris, kegiatan Pramuka masih sangat dicintai, karena di sana menjadi pusatnya Pramuka. Melalui buku ini, diharapkan dapat membuka mata generasi muda dan membangkitkan lagi kebanggaan pada kegiatan Pramuka,” katanya.
Sebelum Pesan Terakhir, Wenny menulis enam buku lain dengan beragam topik. Keenam buku tersebut adalah Semut Merah Tujuh Lima yakni buku mengenai kisah inspiratif pelajar Indonesia di seluruh dunia, Matahari dari Kutai Timur tentang autobiography Isran Noor.