Kemajuan teknologi informasi menjadi momok menakutkan bagi teknologi konvensional kehidupan manusia. Pun tidak menutup kemungkinan beberapa tahun lagi dunia scien-fiction menjadi kenyataan.
Perubahan dunia teknologi informasi yang begitu cepat jika tidak diimbangi dengan kemampuan SDM tentunya hanya menjadi mimpi di siang bolong. Manusia akan terus tertinggal dan bisa saja malah dimanfaatkan oleh teknologi informasi, sesuatu yang terbalik dan tidak kita harapkan. Meski pada kenyataannya kehidupan sudah nampak ke arah itu, salah satu indikasinya adalah ketergantungan manusia terhadap gawai.
Salah satu agenda internasional kepanduan dunia adalah JOTA-JOTI (Jamboree on the Air – on the Internet) kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun di pekan ketiga bulan Oktober ini dirancang untuk mempertemukan anggota kepanduan seluruh dunia dalam bentuk permainan komunikasi baik melalui internet dan saluran frekwensi radio amatir.
Terobosan di tengah Covid-19
Di tengah pandemi Covid yang menghantam dunia, banyak agenda kegiatan yang terpaksa ditunda atau jikapun dilaksanakan harus mengadopsi kebiasaan baru sehingga dirasa akan kurang maksimal. Terlebih saat ini, lagi gencar-gencarnya pelaksanaan WFH (work from home), banyak aktivitas dilakukan secara daring.
Mengamati pelaksanaan Jota Joti setiap tahun yang tidak mengalami perkembangan berarti khususnya di bidang radio amatir, beberapa pegiat Gerakan Pramuka khususnya yang tergabung di dalam FGD Edukasi Pramuka bersama Saka Kominfo, berinisiatif melakukan terobosan baru dengan mengadakan uji coba beberapa aplikasi radio komunikasi digital sebagai sarana Jota yang kemudian hari dikenal sebagai JOTA Digital.
Setelah uji coba beberapa kali menggunakan aplikasi berbeda untuk mencari formula dan aplikasi yang tepat, tetapi dengan aturan yang standar, disepakati bahwa kegiatan ini akan menjadi agenda rutin tahunan mengikuti jadwal Jota Joti internasional.
Latar belakang dilaksanakannya JOTA Digital adalah masalah penggunaan radio komunikasi konvensional yang sangat tergantung pada SDM terlatih dan berpengalaman yang sangat terbatas serta harus memiliki lisensi dan izin penggunan frekwensi radio amatir dari Kemenkominfo. Tentunya ini sering menyulitkan bagi anggota Gerakan Pramuka yang ingin ber-jambore ria di udara. Terlebih di tengah pandemi Covid yang mengharuskan adanya penerapan protokol kesehatan yang ketat, akan menjadi penghambat pelaksanaan Jombore on the air.
Penggunaan perangkat radio komunikasi yang bergantian tentunya akan menjadi sangat rentan, akan menjadi tidak mungkin jika peralatan elektronik setelah selesai satu orang berkomunikasi langsung disterilkan, begitu seterusnya.
Para penggerak kegiatan JOTA Digital yang tersebar di penjuru Nusantara merupakan anggota kelompok-kelompok diskusi kepramukaan yang menginduk pada FGD Edukasi Pramuka, salah satu komunitas think-thank yang beranggotakan para pegiat literasi digital dan Kepramukaan menjadi ujung tombak sosialisasi pelaksanaan JOTA Digital, edukasi dilakukan melalui pertemuan langsung atau diskusi dan secara massif menyebarkan informasi melalui media sosial.
Telah teruji sebelum mewabah Covid-19
Pelaksanaan JOTA Digital yang telah memasuki tahun ke-tiga. Kata lainnya, gerakan ini masih bayi. JOTA Digital sempat banyak mendapat sorotan dan resistensi dari anggota Gerakan Pramuka sendiri. Khususnya yang tidak siap dengan perkembangan teknologi informasi. Tetapi dukungan lebih banyak datang dari anggota Gerakan Pramuka yang merasakan manfaatnya, merasakan begitu emosionalnya terhubung dengan anggota Gerakan Pramuka dari seluruh penjuru Indonesia dan dunia via suara layaknya menggunakan radio komunikasi konvensional.
Beberapa pertanyaan, ide dan saran serta kritik banyak pelaksana kegiatan terima. Pertanyaan seputa soal perizinan dan penolakan dari anggota organisasi radio amatir. Sebagian berpendapat bahwa ini adalah kegiatan berbasis VoIP sehingga masuk klasifikasi Jamboree on the Internet.
Izin penggunaan frekuensi pun dimasalahkan. Padahal secara teknis alur komunikasi pada giat JOTA Digital menggunakan pita lebar jaringan. Teknis semacam ini otomatis masuk ke dalam perizinan provider komunikasi di Indonesia yang dikelola oleh BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia).
JOTA Digital merupakan satu solusi yang dapat menyatukan anggota Gerakan Pramuka dari seluruh Nusantara bahkan dunia dengan peralatan sederhana berupa gawai HP tanpa harus diributkan dengan setting peralatan dan perizinan radio amatir yang sangat mahal bagi ukuran peserta didik Gerakan Pramuka.
Kami tunggu kakak-kakak di gelaran JOTA Digital III, 16-18 Oktober 2020, temukan pengalaman baru dalam ber-Jotajoti.
Juknis JOTA Digital III silahkan unduh.