Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi Maulid Nabi jatuh setiap 12 Rabiul Awal kalender Hijriah.
Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda dalam memperingati Maulid Nabi. Pada umumnya, peringatan dilakukan dengan mengadakan pengajian di masjid, majelis taklim atau mengadakan kegiatan keagamaan lainnya.
Bid’ah atau tidak ?
Sebenarnya hukum mengenai peringatan Maulid Nabi masih menjadi perdebatan berbagai ulama. Namun diluar bid’ah atau tidak, terdapat kearifan lokal Indonesia serta tradisi unik dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW di setiap daerah.
Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam penyelenggaraannya. Keunikan itu pada dasarnya merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia yang sudah didapatkan.
Muludhen
Muludhen adalah salah satu tradisi yang digelar oleh masyarakat di Pulau Madura, Jawa Timur saat memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Acara ini biasanya diisi dengan pembacaan al-barzanji (riwayat hidup Nabi) dan ceramah keagamaan yang menceritakan kebaikan Sang Nabi semasa hidupnya untuk dijadikan sebagai tuntunan hidup dan suri tauladan.
Muludhen sering juga disebut Maulid Agung. Biasanya, para perempuan datang ke masjid atau mushola dengan membawa talam yang di atasnya berisi tumpeng. Kemudian, disekeliling tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng.
Bungo Lado
Tradisi Bungo Lado atau disebut juga bunga cabai adalah tradisi yang dimiliki warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan pohon hias berdaunkan uang yang biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang kertas dari berbagai nominal itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas hias.
Sumbangan uang diumpamakan dengan bunga cabai. Sumbangan bungo lado ini merupakan simbol dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
Masyarakat dari beberapa desa akan membawa Bungo Lado. Pohon uang dari beberapa jorong (dusun) itu kemudian akan dikumpulkan dan digunakan untuk membangun rumah ibadah.
Ngalungsur Pusaka
Ngalungsur Pusaka ini adalah salah satu peringatan maulid nabi dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Upacara Ngalungsur yaitu proses upacara ritual di mana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Santang) dibersihkan setiap setahun sekali.
Barang-barang pusaka tersebut dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi supaya tidak berkarat. Ngalungsar Pusaka biasanya bertempat Kampung Godog, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan.
Tidak hanya di Garut, ngalungsar pusaka juga dilakukan diberbagai tempat, misalnya di Banten dan di makam wali.
Pusaka tersebut merupakan simbol perjuangan dan perilaku Sunan Rohmat Suci semasa hidupnya dalam memperjuangkan agama Islam. Benda-benda pusaka tersebut dicuci dengan disaksikan oleh seluruh peserta upacara, yakni warga setempat dan para pendatang.
Kirab Ampyang
Kirab Ampyang adalah tradisi yang berasal dari Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah. Kirab Ampyang biasanya dilakukan di depan Masjid Wali At Taqwa saat peringatan Maulid Nabi.
Awalnya, kegiatan ini merupakan media penyiaran agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya Sultan Hadirin. Tradisi ini ialah menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk. Kemudian diarak keliling desa dan dido’akan oleh ulama setempat. Setelah itu, makanan dibagikan kepada warga.
Selain itu, terdapat juga penampilan sejumlah kesenian dari peserta, misalnya visualisasi tokoh-tokoh yang berjasa pada saat berdirinya Desa Loram Kulon serta visualisasi sejarah pendirian Masjid Wali At Taqwa.
Grebeg Maulud
Grebeg Maulud adalah perayaan maulid nabi pada zaman kesultanan Mataram. Menurut tokoh setempat, kata gerebeg artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya.
Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati dengan menyelenggarakan upacara Grebeg Maulud, yakni upacara iringan gunungan yang dibawa ke masjid agung. Setelah itu, menggelar do’a bersama. Kemudian, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan.
Maudu Lompoa
Di daerah Makassar, tepatnya di Cikoang, Takalar, Sulawesi Selatan ada sebuah tradisi menyambut Maulid Nabi. Tradisi tersebut yakni Maudu Lompoa Cikoang (dalam bahasa Makassar).
Tradisi Maudu Lompoa merupakan perpaduan dari unsur atraksi budaya dengan ritual-ritual keagamaan. Tradisi ini digelar setiap tahun di bulan Rabiul Awal berdasarkan Kalender Hijriah. Selain itu, persiapan untuk menggelar acara ini membutuhkan waktu selama empat puluh hari.
Tradisi ini diawali dengan mandi di bulan Safar yang dipimpin para sesepuh atau tetua. Pada hari H perayaan Maudu Lompoa, masyarakat Cikoang diharuskan memakai pakaian adat, berjalan beriringan sampil memikul julung-julung. kemudian, julung-julung tersebut akan diperebutkan oleh semua orang.
Julung-julung yang diperebutkan berisi telur hias, ayam, beras dimasak setengah matang, beras ketan, mukena, kain khas Sulawesi serta aksesoris lainnya. Agar lebih indah, julung-julung dilengkapi dengan kibaran kain khas Sulawesi yang berwarna-warni bak bendera terpasang di atas perahu.
Walima
Di Gorontalo, peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan tradisi walima. Walima merupakan tradisi tua semasa kerajaan-kerajaan Islam sekitar abad XVII yang dilaksanakan secara turun-temurun.
Masyarakat muslim di Gorontalo menyiapkan kue-kue tradisional, seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun sedemikian rupa agar lebih menarik. Kemudian diarak dari rumah menuju masjid terdekat.
Setiap kali perayaan ini, ratusan warga sudah berkumpul dan menunggu di masjid. Mereka sudah siap untuk berebutan kue walima yang disediakan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Setelah doa maulid di Masjid selesai, kue-kue tersebut diperebutkan dan dibagi-bagikan kepada warga untuk dibawa pulang ke rumah, karena hal tersebut dipercaya dapat membawa sebuah keberkahan ketika mendapatkan makanan yang sudah didoakan.
Peringatan Maulid Nabi
Indonesia memang memiliki kearifan lokal yang sangat kaya. Tradisi-tradisi turun-temurun masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Tidak hanya peringatan Maulid Nabi, peringatan-peringatan lain pun selalu ada tradisi tersendiri.
Terlepas dari hukum memperingati Maulid Nabi yang saat ini masih diperdebatkan. Entah termasuk bid’ah atau tidak, satu hal yang harus diyakini adalah bahwa peringatan Maulid Nabi merupakan momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.