Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2020, Kompas TV menayangkan kiprah anak pejuang sampah organik dengan proyek lingkungan hidupnya. Rutinitas aksinya bahkan terus dilakukan selama masa darurat pandemi COVID-19. Tristan Kesyandria Ali Pasha, namanya. Dia anggota pramuka Gugusdepan 02-037 pangkalan SMP Negeri 41 Surabaya.
Proyek lingkungan hidupnya adalah pengolahan sampah organik untuk budidaya maggot. Proyek itu dia laksanakan di rumahnya, di Jalan Pandegiling 97 Surabaya. Sampah organik yang diolah tidak hanya sampah organik dari rumahnya. Sampah organik itu dari warung dan pujasera di sekitar tempat tinggalnya.
Mengurai sampah organik dari pasar
Tristan juga mengambil sampah organik dari Pasar Keputran, Pasar Pandegiling dan Pasar Mangga Dua Surabaya.
“Saya memelihara maggot untuk mengurai sampah organik. Maggot pengurai sampah organik tercepat, tidak pernah berhenti makan,” kata Tristan, seperti dikutip dari Jawa Pos, Metropolis, Jumat (29/5/2020).
Ide pengolahan sampah organik untuk budidaya maggot itu dia dapat setelah sering melihat banyak sampah terbuang di pinggir pertigaan jalan dekat rumahnya. Usahanya mengolah sampah organik untuk budidaya maggot tidak serta merta berhasil.
“Sempat mati banyak karena medianya terlalu basah,” ujar putra pasangan Rudi Arif Hermanto dan Ery Yuliana.
Kini, tiap harinya, maggot budidaya Tristan membutuhkan sedikitnya 50 kg sampah organik untuk pakan. Budidaya maggot itu dia lakukan di halaman belakang rumahnya.
“Saya titip tong untuk diisi sampah makanan sisa di warung-warung dan ambil (sampah sayuran) di pasar,” terang Tristan.
Namun, Tristan merasakan bahwa mengambil sampah makanan sisa dari warung dan pujasera tidak mudah. Tidak sedikit yang menolak. Sebab, sebelumnya ada yang memiliki program sama tapi sampah sisa makanan yang sudah terkumpul hingga membusuk.
“Saya meyakinkan sampai mereka bersedia. Mereka kini antusias,” tutur pramuka penggalang rakit ini.
Masyarakat sekitar juga bisa menjual sampah organiknya Rp 2.000 per kilogram. Panen Maggot dengan pakan sampah organik itu selanjutnya untuk pakan budidaya ikan lele di tempat yang sama.
“Maggot ini untuk pakan pakan budidaya ikan lele karena kandungan proteinnya yang sangat tinggi. Di daerah lain bahkan sudah ada yang memanfaatkan maggot untuk rempeyek,” kata bocah kelahiran Surabaya, 9 September 2006 yang berkeinginan menjadi pramuka penggalang teladan ini.
Menghasilkan produk inovatif ‘Pucagot’
Lendir maggot hasil budidaya maggot juga berguna untuk pupuk. Tristan menyebutnya dengan pupuk cair maggot atau pucagot. Bekas makanan maggot juga berguna untuk pupuk. Dia menamainya dengan bekas maggot atau kasgot.
Produk-produk olahan maggot itu dijual oleh Tristan Kesyandria Ali Pasha secara daring. Hasil penjualannya, untuk memberi bingkisan bahan makanan kepada masyarakat sekitarnya yang terdampak COVID-19.
“Alhamdulillah bisa membantu 150 bingkisan, bertambah uang saku sekolahnya yang tidak terpakai karena belajar di rumah,” ujar Tristan Kesyandria Ali Pasha. Ia bersama keluarganya pernah mendapatkan penghargaan sebagai Keluarga Zero Waste Terbaik 2019 dari Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Setelah kiprahnya terpublikasi di koran Jawa Pos dan Kompas TV, Tristan kini banyak mendapatkan kunjungan dari individu, keluarga dan sekolah. Mereka tertarik untuk meniru proyeknya Tristan untuk mengolah sampah organik dengan budidaya maggot.