Puncak bukanlah tujuan akhir, keselamatan adalah kemenangan sejati.
Pendakian gunung adalah gabungan antara tantangan fisik dan mental yang menuntut persiapan matang, bukan hanya dari segi fisik, tapi juga nutrisi dan kewaspadaan. Makanan yang sehat dan strategi bertahan hidup sangat menentukan keberhasilan sebuah pendakian.
Mi instan sering kali jadi pilihan utama karena praktis. Namun, Dr. Cico dari UKI Jakarta menegaskan, mi instan bukanlah makanan utama yang cocok untuk pendakian panjang.
“Mi instan memang praktis, tapi tidak bisa jadi sumber gizi utama untuk perjalanan panjang,” tegasnya.
Selain asupan gizi, kesiapan mental dan strategi keselamatan menjadi faktor krusial. Buku panduan oleh Harley Bayu Sastha menyebutkan beberapa catatan penting saat mendaki, seperti pentingnya memanfaatkan akal sehat, tidak panik saat tersesat, dan tetap berada di dataran tinggi agar mudah orientasi medan.
“Seorang pendaki harus memiliki tekad hidup, bukan sekadar selamat dari tersesat,” tulisnya dalam salah satu poin. Ia juga mengingatkan untuk tidak meremehkan bahaya kecil sekalipun dan selalu introspeksi saat terjadi insiden.
Fakta lain yang mengejutkan, hampir 80 persen kematian di gunung terjadi saat pendaki sedang beristirahat. Hal ini biasanya disebabkan karena tubuh tidak terlindungi dari suhu dingin, yang membuat kesadaran menurun drastis.
“Banyak pendaki meninggal bukan saat bergerak, tapi saat tidur tanpa perlindungan cuaca,” tambahnya.
Maka, penting untuk tidak merasa paling hebat. Pengalaman seringkali membuat seseorang lengah. Selalu persiapkan makanan bergizi, rute pendakian, dan perlengkapan darurat.
Pendakian bukan hanya soal menaklukkan ketinggian, tetapi bagaimana kita kembali ke rumah dengan selamat. Dengan nutrisi yang tepat dan kewaspadaan tinggi, perjalanan di alam bebas menjadi lebih aman dan bermakna.